Sukoharjo, Jawa Tengah 57168, Indonesia
Jl. Amarta No.8-10, Ngabeyan, Kec. Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah 57168, Indonesia
Senin, 20 Januari 2025
IGD 24 JAM
Darurat / IGD
Assalamu’alaikum Perlakukan Obat Secara Istimewa, dengan DAGUSIBU Dagusibu adalah akronim yang di buat oleh IAI (Ikatan Apoteker Indonesia) dalam rangka mensosialisasi penggunaan obat yang benar melalui Gerakan Keluarga Sadar Obat. Apa sih kepanjangan DaGuSiBu itu?   1.  Da = Dapatkan Dapatkan obat di tempat yang benar, agar terjamin manfaatnya, keamanannya dan kualitasnya. Benar di sini dalam arti legalitasnya ada, misal apotek, rumah sakit, toko obat berijin, apotek klinik, dan sebagainya. Saat menerima obat, pastikan ada nomor registrasi obat, masih tersegel rapat, dan pastikan obat tidak rusak serta tidak kadaluwarsa. 2. Gu = Gunakan Gunakanlah obat sesuai dengan indikasinya (diagnosa penyakit), sesuai dosisnya, sesuai aturan pakainya, dan sesuai cara pemberiannya. a. Sesuai indikasi Indikasi atau diagnosa penting sekali. Bisa saja dengan gejala yang hampir mirip ternyata diagnosanya berbeda. Misalnya saja gejala demam, demam adalah tanda/ alarm tubuh bila ada infeksi baik berupa virus, bakteri atau parasit. Penyakit yang terkait dengan demam banyak sekali. Sama halnya dengan gejala batuk. Oleh karena itu, pentingnya dokter memeriksa pasien (bertatap muka langsung), agar diagnosa dapat ditegakkan. Jadi kita tidak bisa asal menyamakan diagnosa meskipun gejalanya mirip-mirip, karena bisa jadi berbeda diagnosanya. b. Sesuai dosisnya Kami beri contoh seorang ibu yang mendapatkan puyer (racikan) untuk balitanya yang sakit batuk dan flu. Suatu hari, tetangga ibu tersebut mengeluh anaknya sakit batuk dan flu juga. Dengan percaya diri, ibu tersebut menawarkan puyer anaknya yang sudah sembuh kepada tetangganya. Sepintas terlihat yang dilakukan oleh ibu tersebut benar dan dermawan, tapi ternyata anak tetangga justru tidur terus tidak bangun-bangun. Setelah ditelusuri, ternyata anak tetangga berat badannya jauh di bawah berat badan balita si ibu dermawan. Dan dalam racikan puyer yang diberikan ada CTM yang bisa membuat ngantuk. Bayangkan, anak tetangga menerima dosis CTM yang kebesaran untuk dirinya! Ngantuk dan tertidurnya bisa saja kebablasan lho! Bagi pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan gangguan fungsi hati, biasanya juga memerlukan penyesuaian dosis. c. Sesuai aturan pakainya. Untuk aturan pakai 3xsehari misalnya, dimaksudkan untuk diminum setiap 8 jam, 2xsehari artinya tiap 12 jam di jam yang sama. Hal ini bertujuan agar kadar obat yang berada di dalam darah, senantiasa mencukupi untuk menimbulkan efek pengobatan. Apalagi jika antibiotik, benar-benar harus tepat waktu ya. d. Sesuai cara pemberian. Cara pemberian dibagi menjadi beberapa, antara lain, oral (lewat mulut dan di telan/dikunyah/dilarutkan air pada sediaan effervesent), parenteral (biasanya berupa injeksi/suntikan dan infus), sublingual (tablet di bawah lidah), bukal (tablet diletakkan di pipi bagian dalam mulut), inhalasi (dihirup, langsung masuk ke saluran pernafasan), lewat dubur (bentuknya berupa suppositoria), lewat vagina (berupa vaginal tablet), langsung masuk ke telinga (tetes telinga), langsung ke pembuluh darah di mata (tetes dan salep mata) dan sebagainya. Kami beri contoh tentang tepat cara pemberian terkait bentuk sedian. Kalau obat sirup ya di minum biasa sesuai takaran dosis. Kalau tablet ya ditelan. Bila tidak bisa menelan tablet, sebaiknya dari awal mengatakan pada dokter agar dipilihkan bentuk sediaan lain yang acceptable (dapat diterima), misal sirup atau digerus agar menjadi puyer, jangan asal gerus tablet sendiri! Mengapa? Karena tidak semua tablet dibuat untuk dapat digerus! Contohnya pada sediaan tablet extended released atau lepas lambat. Tablet ini memang di desain sedemikian rupa agar kadarnya berada lama di dalam darah, sehingga aturan pakainya biasanya hanya 1xsehari, bila tablet ini digerus maka akan kehilangan efek bekerja extende, bahkan bisa meningkatkan risiko terjadinya efek samping atau efek toksik. Tablet enteric-coated, didesain didesain khusus, karena efek iritatif pada tenggorokan atau pada lambungnya besar, atau tablet tersebut dapat dirusak oleh asam lambung, sehingga tablet baru akan terlepas zat aktifnya ketika mencapai usus. Nah, kalau digerus waduh bisa-bisa obat rusak dilambung, atau bahkan jadi iritasi deh tenggorokan dan lambung teman-teman: (Oleh karena itu, berkonsultasi dululah pada apoteker sebelum mengubah bentuk sediaan. Untuk ibu hamil dan menyusui, gunakan obat yang sesuai. Tanyalah pada APOTEKER mengenai obat anda apakah bisa diminum oleh ibu hamil, dan bagaimana strategi minum obat pada ibu menyusui. Pastikan lagi dengan melihat pada kemasan/leaflet obat. 3. Si = Simpan Simpan obat sesuai yang tertulis di kemasan, kecuali bila harus disimpan secara khusus. Umumnya obat disimpan di tempat yang sejuk (15-25° C), tidak terkena sinar matahari langsung, tidak di tempat yang lembab, dan jauhkan dari jangkauan anak-anak. Fungsi hal di atas, jelas agar obat tidak mudah rusak, karena obat umumnya ada yang teroksidasi oleh sinar matahari, dan dapat mengakibatkan obat berkurang stabilitasnya sehingga jadi lengket-lengket dan rusak. Kelembaban juga akan membuat obat terurai. Anak-anak harus dijauhkan dari obat, agar tidak sembarangan memasukkannya ke mulut/dibuat mainan. Bila ada kotak obat, masukkan obat dalam kotak/lemari tersebut. Penyimpanan khusus seperti di dalam kulkas, biasanya diperuntukkan untuk sediaan suppositoria (dimasukkan lewat anus), karena pada suhu ruang, sediaan suppositoria ini akan meleleh/mencair. Insulin dan vaksin yang belum dibuka, juga disimpan di kulkas dengan suhu tertentu. Antibiotik yang dilarutkan air, juga disimpan dikulkas setelah dibuka, dan hanya bertahan maksimal 7 hari masa kadaluwarsanya. Masih banyak jenis obat-obat lain yang penyimpanannya di kulkas, baik di bagian bawah (suhu yang lebih rendah), maupun di freezernya. Penyimpanan harus benar karena terkait stabilitas obat. Bahkan ada obat yang bila disimpan di suhu ruang maka proses terurainya akan meningkat sekian puluh persen, lalu menjadi cepat rusak. Sebaliknya, obat yang seharusnya disimpan di suhu sejuk, bila dimasukkan kulkas menjadi tidak berfungsi. 4. Bu = Buang Membuang obat juga ada tata caranya. Obat dibuang, dikarenakan sudah rusak atau kadaluwarsa, sehingga tidak dapat lagi digunakan. Bagi apoteker yang bekerja di apotek/rumah sakit, pembuangan atau pemusnahan obat tertentu seperti narkotik dan psikotropik, harus ada saksi dan dibuatkan berita acaranya. Pembuangan obat bebas (logo bulatan hijau), obat bebas terbatas (logo bulatan biru), dan obat keras (logo huruf K dengan bulatan merah) dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat. Agar tidak disalahgunakan oleh pihak lain, obat sebaiknya dibuang dengan cara tertentu sehingga benar-benar tidak berbentuk lagi. Prinsip pertama, gunakan masker dan sarung tangan, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti menghirup bau menyengat obat yang sudah kadaluwarsa. Prinsip kedua, semua bentuk sediaan harus hancur terlebih dahulu sebelum dibuang. a. Tablet dan kapsul Terlebih dahulu dikeluarkan dari blisternya, gerus atau tumbuk hingga pecah dan tak berbentuk. Bisa dilarutkan dengan air bila larut, atau dibuang di tempat sampah, atau ditimbun langsung ke tanah. Cara lain, bisa dengan tablet/sediaan padat lainnya dihancurkan lalu dicampur tanah/bahan kotor lainnya, kemudian diplastikin, buang ke tempat dibuang. Kapsul di keluarkan isi obatnya dan cangkang dilarutkan air hingga larut, atau dirusak dengan digunting-gunting. Untuk sediaan padat yang mengandung antibiotik, cukup hilangkan identitas/label pada kemasan, lalu buang. b. Suppositoria Bisa dibiarkan dahulu di suhu ruang agar meleleh dan tak berbentuk. Buang di saluran air. c. Sirup atau suspensi Keluarkan dari wadahnya, buang di saluran air (wastafel/kloset/tempat pembuangan lainnya) dengan diikuti air mengalir. Wadah berupa botol sebaiknya dihancurkan, agar tidak digunakan ulang oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Lepaskan/corat-coret semua label yang tertempel di wadah. Atau kalau memang mau di reuse misalnya, cuci bersih dahulu dan pastikan tidak ada bekas obat yang tertinggal. d. Topikal (salep, gel, krim dan sebagainya) Keluarkan salep dari wadahnya, campur dengan tanah/bahan kotor lainnya, masukkan plastik dan buang di tempat sampah. Rusaklah tube kemasan hingga tidak dapat digunakan kembali. e. Injeksi Biasanya dilakukan di rumah sakit. Baik berupa ampul maupun vial, isi berupa larutan steril dikeluarkan dengan spuit/jarum injeksi. Buang bersama air mengalir hingga tak berbekas. Bila berbentuk serbuk, bisa dilarutkan terlebih dahulu dengan pelarut yang sesuai atau langsung buang di saluran air, bersama air mengalir. Vial dan ampul dimasukkan ke box khusus disposal obat yang berbahan kaca/ berupa pecahan yang tajam. Untuk obat khusus misal obat kanker, tata caranya lebih ketat lagi, dan box khusus juga diperlukan dengan label sitostatika, yang nantinya akan langsung dimusnahkan di incenerator (alat khusus) Semoga penjelasan singkat tentang DAGUSIBU di atas membawa manfaat bagi kita semua. Wassalamu’alaikum sumber : https://ismyama.wordpress.com

Patah tulang terbuka merupakan kasus patah tulang yang disertai dengan luka pada kulit di permukaan daerah tulang yang patah. Pada kasus yang lebih berat, bagian tulang yang patah akan terlihat dari luar. Cukup mengerikan, bukan? Yang paling mengerikan lagi adalah jika ada luka, maka kuman akan dengan mudah sampai ke tulang, sehingga memiliki risiko yang tinggi untuk terjadi infeksi tulang. Oleh karena itu, patah tulang terbuka harus segera diberi pertolongan.

 

Cara menangani patah tulang terbuka

 

Penanganan patah tulang yang paling utama adalah pembidaian. Pembidaian adalah berbagai tindakan dan upaya untuk menghindari pergerakan, untuk melindungi serta menstabilkan bagian tubuh yang cedera. Hal ini penting dilakukan sebelum tenaga ahli (dokter atau paramedis) dapat membantu Anda.

Pembidaian bertujuan untuk:

 . Mencegah pergerakan atau pergeseran dari ujung tulang yang patah

 . Mengurangi terjadinya cedera baru di sekitar bagian tulang yang patah

 . Mengistirahatkan anggota badan yang patah

 . Mengurangi rasa nyeri

 . Mengurangi perdarahan

 . Mempercepat penyembuhan

 

Macam-macam bidai

 

1. Bidai keras

Bahan yang sering dipakai adalah kayu, alumunium, karton, plastik, dan lain-lain.

 

2. Bidai yang dapat dibentuk

Jenis bidai ini dapat diubah menjadi berbagai bentuk dan kombinasi untuk disesuaikan dengan bentuk cedera. Contohnya selimut, bantal, bidai kawat, dan lain-lain.

 

3. Gendongan/belat dan bebat

Pembidaian ini dilakukan dengan menggunakan kain pembalut, biasanya menggunakan mitella (kain segitiga) dan gendongan lengan. Prinsipnya adalah dengan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan bagian yang cedera.

 

4. Bidai improvisasi

Bila tidak tersedia bidai apapun, maka penolong dituntut untuk mampu berimprovisasi membuat bidai yang cukup kuat dan ringan untuk menopang bagian tubuh yang cedera. Misalnya majalah, koran, karton, dan lain-lain.

 

Panduan pembidaian

Meskipun bidai yang dipakai seadanya, tetap saja ada beberapa pedoman yang harus diikuti untuk meminimalisir kecelakaan saat pembidaian.

1.  Beritahukan pada penderita tindakan yang akan dilakukan.

2. Pastikan bagian yang cedera dapat dilihat, dan hentikan perdarahan (bila ada) sebelum melakukan pembidaian.

3. Siapkan alat seperlunya seperti bidai dan kain segitiga (mitella).

4. Jangan mengubah posisi yang cedera.

5. Jangan memasukkan bagian tulang yang patah.

6. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah (sebelum dipasang, bidai harus diukur terlebih dahulu pada anggoda badan penderita yang tidak mengalami patah tulang).

7. Jika ada tulang yang keluar, Anda dapat menggunakan mitella dan membentuknya seperti donat atau menggunakan benda apapun yang lunak dan memiliki lubang, lalu masukkan tulang di dalam lingkaran donat tersebut agar tulang tidak tersenggol (sesuaikan lingkaran dengan diameter tulang yang keluar).

8. Lapisi bidai dengan bahan yang lunak bila memungkinkan.

9. Gunakan beberapa mitella untuk mengikat bidai (jika di bagian kaki, masukkan mitella melalui celah di bawah lutut dan di bawah pergelangan kaki).

10. Ikat juga “donat” yang telah Anda pakai pada tulang yang keluar dengan mitella.

11. Ikatan jangan terlalu keras dan terlalu longgar.

12. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sendi yang banyak melakukan gerakan, kemudian sendi atas dari tulang yang patah.

13. Jangan membidai berlebihan, jika anggota tubuh penderita yang mengalami patah tulang sudah tidak dapat melakukan gerakan itu berarti Anda sudah melakukan pembidaian dengan baik.

14. Bawa penderita ke rumah sakit untuk tindakan lebih lanjut.

Melakukan operasi bedah adalah keputusan yang berat dan penuh kehawatiran. Itulah yang terbersit dalam benak kita dari sudut pandang sebagai pasien. Maka biasanya setelah menganjurkan tindakan operasi, dokter akan memberikan waktu yang cukup banyak kepada pasien untuk berpikir. Begitu juga ketika akan dilakukan operasi pengganti sendi tulang lutut.

Bila dokter menganjurkan untuk dilakukan tindakan operasi maka pasien akan diberikan waktu yang cukup untuk berpikir dan jangan mengambil keputusan secara terburu-buru kerena jenis operasi pengganti sendi lutut ini tidak pernah bersifat darurat. Yang paling penting dilakukan oleh pasien sebelum tindakan operasi adalah persetujuan operasi dari pasien itu sendiri. Selain itu pasien juga harus berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penjelasan yang lengkap mengenai operasi yang akan dilakukan.

Begitu banyak faktor yang mempengaruhi operasi penggantian sendi lutut ini, sehingga tidak ada dokter yang dapat memberikan jaminan keberhasilan 100%. Tidak heran juga bila banyak pasien yang meragukan keberhasilan operasi. Sebagian pasien lainnya bahkan dihantui rasa takut karena ada kemungkinan tidak dapat berjalan apabila operasi gagal. Oleh sebab itulah operasi penggantian sendi lutut haruslah dilakukan oleh dokter yang ahli dan kompeten di bidang ini. Tidak seperti operasi sendi panggul yang mempunyai toleransi kesalahan yang masih adpat diterima, operasi penggantian sendi lutut memerlukan presisi yang sangat tinggi.

 

Manusia hanya bisa berencana, dan Tuhan yang menentukan semuanya.

 

Untuk menghindari kemungkinan gagal pada operasi pengganti tulang lutut itu sebagian orang memilih melakukan operasi di luar negeri. Amerika, Jerman dan Singapore adalah Negara yang saat ini banyak dijadikan tujuan. Mungkin memang di Negara tersebut sudah mempunyai alat-alat yang canggih tapi coba tanyakan kepada dokter di sana, apakah dokter di sana memberikan jaminan operasi berhasil 100%? Dokter juga manusia. Let’s we think again. Rumah Sakit Karima Utama (RSKU) sudah banyak menangani operasi pengganti tulang lutut dan semuanya berhasil. RSKU bukan di luar negeri, tapi di Solo, Indonesia.

Mari kita pikirkan lagi. Jika di Indonesia juga ada Rumah Sakit dan dokter yang kompeten, jadi untuk apa kita jauh-jauh ke luar negeri. Lagipula jika kita berobat di RSKU, maka akan lebih menghemat biaya transportasi. Lebih baik di sini, rumah kita sendiri.

 

Apakah akibatnya bila pasien menunda operasi penggantian sendi lutut yang sudah dianjurkan?

 

Penundaan operasi penggantian sendi lutut dapat berakibat fatal dan akan memberikan hasil yang lebih buruk oleh karena stadium/perjalanan penyakit akan lebih berat dengan bertambahnya usia. Oleh sebab itu dapat kita lihat bahwa hasil operasi akan lebih baik jika dilakukan pada stadium 4 yang lebih dini dimana kerusakannya belum terlalu berat. Namun dapat dimengerti juga bahwa belakangan ini banyak dokter bedah tulang yang langsung menawarkan operasi penggatian sendi lutut sementara pasien masih berada pada stadium awal, dimana masih banyak pilihan lain yang dapat ditawarkan, seperti injeksi dan athroscopic washout.

Apakah itu osteoarthritis?

 

Osteoarthritis adalah kelainan sendi dimana terjadi kerusakan progresif pada tulang rawan. Kehilangan tulang rawan ini mengakibatkan hilangnya pelapis permukaan tulang yang mengakibatkan rasa nyeri apabila terjadi sentuhan antara tulang dengan tulang.

Sendi lutut yang normal terbentuk dari 3 bagian. (1). Tulang paha (femur), (2). Tulang kering (tibia) dan (3). Tempurung lutut (patela)

Ketiga tulang ini dilapisi oleh tulang rawan dan diantara tulang paha dan tulang kering terdapat meniscus (batalan tulang). Oleh karena struktur inilah maka sendi lutut dapat bergerak secara leluasa. Oleh karena usia dan penyebab lainnya, tulang rawan dapat mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan rasa sakit dan fungsi menjadi terbatas. Tulang rawan yang rusak tidak dapat diganti oleh tulang rawan yang baru, akan tetapi sendi lutut ini dapat digantikan oleh prothese sehingga tidak lagi menimbulkan rasa sakit dan dapat memperbaiki fungsi lutut.

 

Tanda-tanda dan Keluhan

Rasa sakit adalah tanda awal yang pada mulanya terasa pada saat melakukan gerakan bangkit dari posisi duduk ke posisi berdiri, kemudian pada saat turun tangga hingga akhirnya sewaktu tidur terbangun oleh rasa sakit. berkurang atau hilangnya cairan sendi dapat mengakibatkan fungsi lutut berkurang, lutut menjadi kaku terutama pada pagi hari.

Selanjutnya kerusakan/kehilangan tulang rawan sendi dapat berakibat perubahan bentuk kaki menjadi ‘O’ atau ‘X’.

 

Penanganan yang dapat dilakukan:

Apabila perkapuran di daerah persendian belum terlalu banyak dan bentuk kaki belum berubah menjadi ‘O’ atau ‘X’ maka salah satu alternatif penanganannya adalah dengan “Arthroscopy Washout” (pembersihan dan pencucian perkapuran melalui 2 lubang kecil).

 

Apakah itu arthroscopic washout?

Tujuan daripada operasi ini adalah untuk mengikis atau membuang bagian tulang rawan yang rusak dan tonjolan kapuran di dalam sendi lutut dengan maksud untuk mengurangi rasa sakit selama pergerakan. Kadang-kadang dilakukan pengeboran (drilling) untuk merangsang pertumbuhan tulang rawan baru. Adapun tindakan ini dilakukan pada osteoarthritis yang masih belum terlampau berat.

 

Bagaimanakah prosedur arthroscopic ini?

Dilakukan bius setengah bawah badan (spinal) atau lokal, kemudian denga dua insisi kecil (4mm) dilakukan peneropongan ke dalam sendi lutut. Teropong ini dihubungkan ke video monitor dimana anda sebagai pasien juga dapat melihat tindakan operasi yang dilakukan. Setelah operasi, sangat sedikit pasien yang memerlukan obat penahan sakit karena pada umumnya pasien tidak merasa nyeri setelah operasi. Pasien dapat langsung berjalan, tapi biasanya disarankan untuk memakai tongkat selama beberapa minggu.

 

Siapakah yang menjadi kandidat untuk Total Knee Replacement?

Total Knee Replacement dilakukan pada orang yang menderita osteoarthritis berat. Sebagian besar pasien yang mendapat lutut artifisial berusia di atas 50 tahun, tetapi bisa juga dilakukan pada penderita yang lebih muda untuk kasus yang khusus.

Keadaannya bervariasi, tetapi pada umumnya tindakan ini dilakukan apabila:

– sakit lutut dialami pasien setiap hari

– sakitnya sedemikian parah sehingga membatasi pergerakan untuk melakukan aktivitas

– kekakuan sendi yang signifikan

– ketidakstabilan sendi lutut pada waktu berjalan

– kelainan deformitas yang menonjol (seperti kaki O atau X).

 

Apa yang diharapkan daripada lutut artifisial?

Sudah pasti lutut artifisial tidak seperti lutut normal, akan tetapi operasi ini akan memperbaiki kualitas hidup dengan hilangnya rasa nyeri, kekakuan sendi, dan bentuk sendi lutut yang bengkok.

 

Prosedur Operasi

Dilakukan sayatan vertikal dibagian depan lutut kemudian dilanjutkan dengan pemotongan bagian ujung tulang paha dan tulang kering sedemikian rupa sehingga prothese yang sesuai dapat dipasang pada tempatnya. kemudian dengan sejenis “bone cement”, prothese ini nantinya akan menyatu dengan tulang.

Pada bagian tulang paha dipasang “komponen femoral” yang tebuat dari metal. Bagian tulang kering terdiri dari dua komponen, yaitu “tibial tray” dan “plastic spacer” yang terbuat dari plastik. Dengan demikian sendi lutut yang baru tadi dapat lagi bergerak secara bebas.

Pasca operasi dua buah selang (drains) dipasang di bagian luka untuk digunakan mengeluarkan sisa-sisa darah. Kemudian bekas luka operasi dibalut dengan pembalut tekan. Dilakukan kontrol X-ray untuk menilai kedudukan sebelum pasien pindah ke ruangan.

 

Pasca operasi:

Hari kedua setelah operasi mulai dilakukan fisioterapi dengan mesin “Continuous Passive Movement / CPM” dan latihan berjalan.

Biasanya pasien dapat berjalan pada hari kedua atau hari ketiga dan dapat keluar dari Rumah Sakit pada hari ke empat / hari kelima.

Dokter bedah akan memberikan petunjuk tentang latihan kekuatan dan pergerakan dirumah sampai mencapai hasil fungsi yang memuaskan, dan juga diberikan obat-obat penghilang rasa sakit dan antibiotika.

 

Komplikasi yang mungkin terjadi:

– infeksi, kemungkinannya sangat kecil, sekitar 0.03%

– nabloeding, oleh karena diberikan pembalutan luka yang berlapis, kemungkinan sangat kecil.

 

Kesimpulan:

 

Pada era milenium ini, dengan segala kemajuan teknologi dan kecanggihan prosthese yang ada di pasaran, operasi pengganti sendi lutut ini bukanlah merupakan suatu operasi yang besar dan menakutkan, apabila dilakukan oleh dokter yang benar-benar ahli. Dan hasil yang lebih sempurna lebih dimungkinkan dengan teknologi tercanggih yaitu dengan bantuan pengarah komputer.


POLIKLINIK
DOKTER JAGA
DARURAT
STATISTIK
TESTIMONI